Monday, January 19, 2009

Saatnya pemimpin kita kembali kepada al-Quran dan al-Hadits

Oleh : Nur Aminah (Indonesia)

Indonesia merupakan negara paling ramai umat Islam di dunia, 87 peratus daripada penduduknya seramai 220 juta adalah penganut Islam, justeru secara lahiriyahnya, Indonesia seharusnya menjadi negara yang memiliki kekuatan sendiri sehingga disegani dunia. Namun realitasnya tidak demikian. Indonesia menjadi negara yang tidak digeruni Barat yang non-muslim. Jauh sekali menjadi negara tempat umat Islam seluruh belahan dunia mengantung harapan.

Hal ini terjadi, antara lain kerana umat Islam Indonesia kurang konsisten dan tidak mau berpegang teguh dengan al- Qur’an dan al-Hadits. Jika umat Islam kembali melaksanakan ajaran Allah dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan al -Qur’an dan Hadits, niscaya Allah akan menurunkan berkah dari langit dan bumi.

Tatanan dunia baru merupakan scenario atau makar orang-orang Yahudi yang dicanangkan 200 tahun yang lalu. Sebagai upaya untuk membentuk Israel Raya bersama negara-negara Eropah. Bagaimana cara mengalah dan memporak-porandakan persatuan umat Islam di seluruh dunia merupakan agenda zionis yang tidak akan berhenti sehingga hari kiamat. Sebahagian daripada agenda besar Yahudi itu sudah pun menjadi realiti kini.

Menoleh sejarah, saat umat Islam di kemuncak keagungannya di era khalifah Abdulrahman di Andalusia. Waktu itu Eropah masih berada dalam zaman gelap. Tertingal jauh di segala bidang. Jangankan teknologi, sedangkan budaya membersihkan diri - mandi dan mencukur rambut pun tercatat dalam sejarah orang-orang Eropah belum mengenalinya.

Setelah para pemudanya dikirim untuk mempelajari segala disiplin ilmu di negara Islam. Baik fisika, matematika, kedokteran teknologi dan lain-lain. Maka Barat beransur-ansur memajukan ilmu yang telah dipelajari itu. Akhirnya lewat teknologi yang ditiru dari umat Islam, pada awal abad 19, pasukan tentera Salib dari Barat (Inggeris, Amerika Syarikat) di lengkapi senjata canggih, mengempur kekhalifahan Islam yang berpusat di Turki, hingga berkecamukan dan kemudiannya berpecah menjadi negara-negara bahagian yang kecil dan lemah.

Kekalahan umat Islam tidak lain disebabkan majoriti ummah membelakangi al-Quran dan al-Hadits. Islam tidak lagi menjadi “way of life “. Kesempatan dari kelemahan umat Islam itu rupanya dipergunakan kaum Nasrani dan Yahudi untuk memukul mundur negara umat Islam, bukan saja di Turki, bahkan di seluruh belahan dunia Islam. Negara umat Islam akhirnya dijajah, sepertimana Indonesia dijajah Belanda selama hampir 500 tahun.

Selagi umat Islam mempraktikkan apa yang dikehendaki al- Qur’an dan al -Hadits dan para pemimpin mengambilnya sebagai sumber hukum tanpa berdolak dalik (bantah), niscaya umat Islam tidak akan jadi seperti hari ini, diinjak-injak dan dihina, diperlakukan sedemikian rupa oleh Zionis Yahudi seperti berlaku ke atas saudara seakidah kita di jalur Gaza, Palestina hari ini, sebaliknya ia akan mejadi kuat dan digeruni, sepertimana pernah mengalaminya di zaman emas- 1500 tahun yang lalu. Era kekhalifahan Rasulullah saw. era Khulafaurrasyidin dan era tabi’in wa tabiut tabi’in.

Kini, kita hanya bisa merenungi, mengenang kembali zaman gemilang umat Islam itu dengan cemas dan penuh harap ”Kapan kejayaan itu bisa diraih kembali…?
Namun kalau kita melihat firman Allah SWT, banyak sekali peringatan Allah SWT tentang kemakmuran, kejayaan, kebinasaan dan kehancuran sesuatu bangsa dan negara. Bahkan Allah SWT berulang-ulang memberikan contoh terhadap umat-umat yang terdahulu. Mereka lebih kuat perawakannya, hebat dalam pembangunan ketamadunan mereka, akhirnya mengalami kehancuran.

Demikian juga umat Islam, termasuk di bumi Indonesia yang tercinta ini. Selama aturan-aturan daripada Allah SWT tidak dipakai, justru diganti dengan aturan-aturan produk manusia yang penuh dengan cacat dan kelemaham atau dengan kata lain, umat Islam Indonesia tidak mau bertakwa dengan sesungguhnya, maka kejayaan dan kemakmuran mustahil bisa diraih. Hingga akhirnya barangkali, kalau Allah SWT sudah murka melihat tingkah laku kita. Allah SWT akan menggantikan kita dengan generasi yang lebih baik menurut cara Allah sendiri. Sebagaimana firman-Nya :

“Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang di kehendakinya setelah kamu (musnah). Sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari generasi kaum lain.” (Q.S :6:133)

Dan dalam firman-Nya yang lain :”Dan sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa pasti Kami anugerahkan kepadanya berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakannya maka Kami siksa mereka lantaran usaha yang mereka lakukan.”(Q.S Al “Araf : 96)

Firman Alah SWT di atas sangat jelas, bahwa musibah dan bencana bertubi-tubi yang menimpa negeri ini adalah merupakan kemurkaan Allah SWT atas tingkah laku kita. Tidakkah kita mengambil hikmahnya…? Tiada jalan lain bila kita ingin negeri ini bangkit dari segala keterpurukan, siksa dan ancaman Allah SWT, melainkan hendaknya kita kembali melaksanakan hukum-hukum dan aturan Allah SWT, beriman dan bertakwa dengan sebenar-benarnya. Allah telah mengingatkan kita sebagaimana firmanNya : “Wahai orang-orang yang beriman. Bertakwalah kamu sekalian kepaa Allah dan seharusnya setiap kamu memandang masa depan dari pelajaran masa silam.”(Q.S Al Hasyr : 18)

Selanjutnya bila keimanan dan ketakwaan umat Islam Indonesia benar-benar pasti Allah SWT akan menjadikan kita sebuah pribadi keluarga dan bangsa yang terhormat dan di segani di santreo bumi ini. Bayangkan Indonesia sebagai sebuah negara yang mayoritas Muslim, bahkan paling ramai di dunia, luas wilayahnya, melimpah sumber daya alamnya yang Allah SWT titipkan sebagai negeri tercantik dengan hamparan ribuan pulau di tengah-tengah lautan yang luas. Selain itu iklimnya nyaman dan bersahabat. Subhanallah.

Jika mutu keimanan dan ketakwaan umat Islam Indonesia berbobot maka jangankan keberkahan, makmur, adil dan sejahtera bukan mustahil ada pada negeri ini. Kawasan benua Asia lainnya pun dapat merasakannya. Hal ini telah diakui oleh masyarakat dunia.

Namun bagaimana kenyataannya…? yang terjadi malah sebaliknya. Indonesia tergolong negara yang tertinggal di kawasan Asia dan dunia. Kemakmuran dan kesejahteraan melimpah hanya dimiliki segelintir orang. Seperti para penguasa dan pengusaha yang bermasalah. Sementara rakyat secara umum hidup di bawah garis kemiskinan. Sangat bertolak belakang bila mayoritas rakyat Indonesia hidup sengsara padahal kekayaan alamnya melimpah.

Butuh Teladan
Tentu saja teladan tersebut adalah mencontohi keluarga Rasulullah saw. Sebagaimana pernyataan Rasulullah; Rumahku adalah laksana surga bagiku. Mengapa..? karena keluarga nabi dihuni oleh para pemimpin dan teladan ahli dzikir. Bukan di huni oleh pribadi yang fasik.

Demikian juga bila presiden dan para menteri serta semua pejabat negara dari tingkat pusat sampai desa/kelurahan di pegang oleh para ahli dzikir niscaya untuk mencapai kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan baldatun thoyibatun akan tercapai. Sebagaimana janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa yakni berkah dari langit dan bumi.

Namun sebaliknya merupakan musibah besar bila suatu keluarga/ bangsa dipimpin oleh orang-orang yang fasik. Orang yang fasik adalah mereka yang mengaku diri muslim, sementara hati dan prilakunya kufur dan jauh dari ahlak islami. Jika kenyataanya demikian slogan “ Rumahku adalah surga bagiku “ hanya manis diucapkan tetapi pahit dalam kenyataan. Slogan yang ada malah bisa jadi “Negeriku laksana neraka bagiku” Naudzubillah. Kemalangan dan kesengsaraan sebuah negeri akan terjadi ketika rakyat dan pemimpinnya telah meninggalkan iman dan terjerembab menyembah selain Allah.

Dalam hal ini Ibnu Kaldun mengatakan “Masyarakat itu tergantung pada keteladanan ahlak / agama pemimpinnya.”
Sebagai contoh : Bagaimana sang ayah akan berwibawa di dengar nasihat dan pidatonya oleh anak-anaknya bila perbuatannya tak seirama. Sang ayah menyuruh anak-anaknya berlaku jujur sementara ia seorang pembohong. Ia memerintah anak-anaknya sebagai penyabar sementara ia pemarah.

Begitu pula dengan para penguasa negara kita . Menyuruh memberantas penyakit KKN sementara ia sendiri menjadi pelaku utamanya. Rakyat diminta bersabar menderita krisis ekonomi sementara mereka hidup serba mewah. Rakyat dipaksa membayar hutang dengan cara menaikkan beban dengan harta kebutuhan hidup sementara para penguasa bermasalah malah terbebas dari lilitan hutang…Begitu kenyataannya…

Akibatnya karena ketidakadilan dan ketidak jujuran para pemimpin dzolim rakyat semakin tertindas dan miskin. Karena tertindas dan miskin akhirnya mencuri - baru mencuri ayam dipukuli babak belur. Sementara para pemerintah dan menteri yang mencuri lewat pena (korupsi) dengan bermilyar-milyar kalau tidak ketahuan tidak bermasalah. Paling-paling kalau ketangkap masuk penjara dan cukup sogok uang dengan beberapa bulan saja di penjara sudah bebas. Enak banget ya….!!kenapa nggak di eksekusi saja biar nggak ada KKN…!

Demikian potret bangsa kita, miskin, tertinggal, bodoh terjajah dan sederet predikat memperihatinkan lainnya. Saatnya kita bangkit dari segala keterpurukan, saatnya kita jemput masa depan yang cerah. Saatnya kita memiliki pemimpin yang bisa membawa perubahan negeri ini. Tidak lain dan tidak bukan melainkan kita kembali kepada firman Allah, kembali malaksanakan hukum-hukum Allah. Kembali kepada Al Qur’an dan Alhadits. Mengambil pelajaran masa silam dalam memandang masa depan jangan sampai kita terperosok jurang berkali-kali…!

Bangkitlah negriku harapan itu masih ada berjuanglah bangsaku jalan itu masih terbentang……seperti yang di nyanyikan SOUHAR (Shoutul Harakah).

No comments:

Post a Comment