Monday, August 20, 2018

Jakarta dan Pak Jais



Oleh: Rossem


Pak Jais  pembantu supir cuma, 
 juga  teman bicara,
mencari rezeki  di sela-sela  12 juta jiwa,
Membawa pariwisata keliling kota  Jakarta.
Obrolannya   mengalahkan Raja Lawak Mega,
sehingga kami alpa  memotret ,
gedung-gedung   mewah yang  kami lewati,
bangunan tua  tinggalan Belanda,
monumen -monumen sejarah,
 ragam  warga  kota paling padat.

Sepeda motor, Bajaj,  teksi  bergerak seiring  mobil mewah,
membunyikan hon bagaikan semboyan perang,
pejalan kaki mundar mandir
ke tempat kerjaan atau pasar.
Warung pinggir jalan dengan tulisan besar- nasi bebek, ikan lele
ayam penyek  masuk mall
sebaris dengan KFC, MacDonould
rumah makan Minang serasi dengan selera orang Malaysia
wanita penjual jamu yang mempersonakan


Pariwisata, di sini,  Jangan berjanji guna jarum jam
janji tak mungkin ditepati
perut Jakarta mobilnya seperti kelkatu  dalam busut
Bila semua keluar, tak cukup jalan,
macet kecuali jam 3 pagi.


Oh,  asyik mendengar obrolan Pak Jais tanpa noktah,
sesekali  air liurnya tempias.
Terlupa, fotonya tak ku snap.
Wajahnya  masih tak lupa
sekitar 50an usia,
gigi  seperti kandang kuda
banyak ropong di sana sini, kayak  aku juga
bila ketawa, ketuaannya seperti melebihi 50an
bicaranya  seperti  30an.
Asal Betawi, begitu  pengakuan  Pak Jais,
Gaya bicaranya saling tak tumpah almarhum Benyamin S,
aktor lawak dan penyanyi  Betawi  1980an,
popular hingga ke Malaysia


Disuruh nyanyi  Pak Jais  nyanyi
semua lagu dihafal, satu rangkap cuma
diminta  nyanyi lagu Bangawan Solo
dinyanyinya dalam visi Malaysia “Bengali solo”.


Ceritanya meliputi segala
pantun, seloka, anekdok, politik
Kisah  rakyat biasa hingga pemimpin negara
Sukarno, Suharto, Habibie, Megawati, SBY  ada cerita tersendiri
Akhbar Tanjong, Amin Rais dicandakan
Ahok dan Jokowi ceritanya mulus-mulus .


Kesal,  tak sempat mencatat setiap obrolannya,
yang lucu menggelitik kami  delapan orang dalam  mobil.
Andai aku catat seluruh obrolannya
 sebuah buku humor  bisa diterbitkan
biarpun aku tahu, Pak Jais mengoreng tanya minyak.



Jakarta
28 Julai 2017

No comments:

Post a Comment