Ramadhan
pergi meninggalkan kita. Perpisahannya sangat berat.  Ibarat berpisah   dengan seorang kekasih yang sangat
disayangi. Tahun depan bertemu lagi?  Itu
juga belum tentu,  kerana manusia itu
hidupnya ibarat berteduh di bawah sepohon pokok rendang  daripada panas terik matahari. Bila matahari
condong, panasnya  akan terkena dan kita
pasti  tidak  dapat menghindarinya lagi. 
            Di akhir Ramadhan seperti ini, hati
kita terasa sangat kerdil bila mengingatkan kebesaran dan kekayaan Allah SWT.
Barangkali disebabkan  selama
sebulan  kita sangat  dekat denganNya, makanya  hati nurani 
pun jadi bersih kayak  sehelai
kain putih. Jalan berfikir kita pun jadi mudah. Terutama dalam   mengkoreksi diri,  mencari natijah yang terbaik untuk perjalanan
hidup seterusnya.  
Merenung ke dalam diri.   Rupanya
seseorang yang bernama manusia itu, yang dikatakan gagah, hebat dan igonis,
namun jika diukur dengan keluasan alam raya ini, fizikal manusia itu cuma
sebesar hama
atau sebesar  habuk paling halus.
Contohnya,  seseorang yang  berdiri di depan rumah, ia  tidak bisa dilihat oleh orang yang berada di
belakang rumah. Yang berada di  kota,  tidak bisa dilihat orang yang berada di desa.
Apa lagi yang berada di Malayisa, ia tidak bisa tampak orang  yang berada di Sulawesi
atau di mana-mana  belahan dunia.
Kerkerdilan itu hanya bisa terjelma  bila
kita sering mendampingi Yang Maha Hebat, yakni Allah SWT.  
Belum lagi diukur dengan planet-planet yang berada di luar lingkaran
bumi seperti Zahrah, Nuptune,Pluto dan sebagainya. Jika diukur dengan cakarwala
yang  disebut sebagi keluaga matahari itu
pasti puluhan kali lipat kekecilan kita sehingga kuasa mikroskop yang
tercanggih sekalipun tidak bisa membesarkan imej seorang manusia.
Menyedari kerkerdilan itu rupanya mengangkat derjat kita ke satu tingkat
pemikiran; siapa sebenarnya kita  di sisi
Allah SWT.
Asal kejadian manusia adalah  dari
setetes air mani lelaki bercampur dengan air mani perempuan. “Sesungguhnya Kami ciptakan manusia daripada
setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan ) perintah dan
larangan, kerana itu kami jadikan dia mendengar dan melihat” (al-Quran.
S:al-Insan ayat 2).
Ayat selanjurnya “Sesungguhnya
Kami telah menjadikan manusia dari saripati yang berasal dari tanah. Kemudian
Kami jadikan air mani (yang) disimpan dalam tempat yang kukuh. Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, 
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang, lalu tulang itu kami bungkus dengan
daging,  kemudian Kami jadikan ia makhluk
yang (berbentuk) lain.”
(al-Quran: S al-Mu’minuun, ayat 12,13,14).
Allah SWT menjadikan manusia tiada lain melainkan supaya lisan manusia
itu berbicara, memberitahu pada yang tidak tahu, bahawa  Tuhan itu wujud. Makhluk  itu tidak terjadi sendiri melainkan ada
pembuatnya. Ada
kuasa yang menciptakannya. Dan kuasa itu tentulah yang Serba Maha.  Dialah Allah SWT. Tuhan semesta alam.
Kalau bukan makhluk yang bernama manusia, maka siapa lagi bisa berbicara
tentang kewujudan  Allah SWT? Tentang
Kemahabesaran Allah SWT?  Tentang
kehebatan Allah SWT? Sedangkan gunung, lautan, gurun pasir, tasek, sungai,
pokok tidak punya lidah untuk berbicara tentang itu.
Manusia punya lidah, dengan 
lidah  dapat membentuk lesan.
Dengan tangan dapat menulis ungkapan. Semuanya boleh dimanfaatkan  untuk menyampai sesuatu, sama ada yang hak
dan batil. Alangkah ruginya bila lesan dan pena digunakan untuk  menyampaikan yang batil. Dan bukan sedikit
manusia yang telah tergelincir lidahnya saat 
bebicara. Wahai Ali, kuasailah lesan mu 
dan biasakan dia mengucapkan yang baik, benar, bertanggungjawab, kerana
tidak ada yang lebih berbahaya bagi manusia pada hari kiamat yang melebihi
ketajaman lesannya. Demikian wasiat Rasulullah saw pada Sayadina Ali RA. 
            Tentang bicara, selanjutnya
Rasulullah saw berwasiat pada menantu dan sepupunya Sayadina Ali RA; Wahai Ali,
hendaklah engkau  sentiasa jujur dalam
bicara, dan menjaga perbicaraan dan amanat, dan hendaklah berjiwa sosial dan
menjaga perut. Jangan berdusta kerana dusta itu menghitamkan muka dan  bila seseorang sentiasa berdusta ia dinamakan
pendusta di sisi Tuhan, dan bila ia benar maka ia akan dinamakan di sisi Allah
sebagai orang yang benar. Sesungguhnya dusta itu akan menjauhkan iman.  
            Di hari raya aidilfitri yang mulia
ini marilah kita merubah paradegma kita daripada yang tidak baik kepada yang
lebih baik. Jadilah kelmarin itu sebagai madarasah, agar kehidupan di hari
mendatang  lebih terjamin dan  kita tidak lagi akan mengeluh; oh! Aku
tersilap. 
            Selamat Hari Raya Aidilfitri .Maaf  zahir batin.
Game Online Terbaik
ReplyDelete-24 Jam Layanan Terbaik
-Proses Cepat Pasti Nyaman
-Real Player Vs Player No Robot
mcb poker
mcbpoker blackjack
mcbpoker super10
mcbpoker omaha
mcbpoker ceme
mcbpoker ceme keliling
mcbpoker capsa
mcbpoker domino
mcbpoker Bandar Poker IDN
mcbpoker poker
austine88
ReplyDeletelink austine88
link alternatif austine88
Bandar online slot dan togel
agen slot terlengkap
slot gacor
situs judi online
bandar togel
slot online terbaik
agen slot dan togel
situs togel dan slot
togel singapore
slot online terpercaya
agen slot
Pragmatic Play
Deposit pulsa
Deposit pulsa
livegames casino